Langsung ke konten utama

Blog Tidak Untuk Dibaca

Aku sangat yakin, blog ini tidak akan banyak dikunjungi netizen, sebab contentnya tidak ada yang khas apalagi penting. Tapi blog ini penting artunya bagiku : tempat aku bercerita dikala tak ada siapapun disekitarku. Aku tak pernah merasa sepi dalam jangka waktu lama, selama jaringan internet tersambung jauh ke tempat ramai hingar bingar.. tempat yang hanya ku bayangkan dari kebun sawit ini. Tempat dimana aku menghabiskan separuh hidupku .. bahkan mungkin tempat terakhirku  "menunggu panggilan" terakhirNya.

Di tempat yang sedikit terisolasi ini aku sudah sangat merasa nyaman. Selalu begitu. Aku akan cepat betah dimanapun Tuhan menaruhku. Bagiku, semua tempat sama saja. Gemericik gerimis, riuhnya suara hujan lebat, teduh dan teriknya matahari, terpaan kencang dan terkadang semilirnya angin, gulita dan kilauan bintang di malam hari, temaram dan pendarnya bulan, gerah dan sejuknya sapaan pagi aku rasakan sama saja disemua titik kordinar bumi ini. Kenapa mesti galau ketika kita jauh dari tanah yang hanya sekedar tempat kita lahir, sementara kita sendiri tak pernah tau kapan, dengan cara apa dan dimana perjalanan hidup akan berakhir.

Ya aku tak pernah merasa jenuh dimanapun aku tinggal. Bahkan, aku pengen selalu berpindah ke tempat baru yang belum pernah aku datangi. Kadang aku penasaran ketika mendengar ada orang yang harus melepaskan sumber rejeki yang diberikan Tuhan, hanya karena masalah tempat.

Aneh rasanya ketika banyak orang kota merindukan suasana pedesaan yang tenang, sementara orang Desa berbondong-bondong ke kota hanya untuk melihat-lihat suasana. Kenapa kebanyakan dari kita sering menginginkan sesuatu yang jauh dari jangkauan. Seperti hari lebaran ini, istriku kangen pantai, sementara orang pantai kangen sejuknya AC, barang dagangan yang merangsang nafsu konsumtif kita  dan gemerlapnya lampu mall. Pasti banyak uang yang orang habiskan untuk sesuatu yang tidak mendesak itu.

Mungkin sudah kodrat manusia yang diuji dengan nafsu yang tak pernah terpuaskan, selalu saja ada hal sulit dijangkau yang dimaui. Bule rela menjemur kulitnya di bawah terik matahari agar kulitnya berwarna mewah. Para sawo matang berburu kosmetik ajaib, berharap menjadi seputih Michael Jackson. Keduanya sama-sama rela berkorban uang dan konsekuensi apapun, termasuk menjadi korban nafsunya sendiri. Berjemur dan menggunakan kosmetik berlebihan sama-sama berisiko : sakit bahkan menjemput maut. Banyak fakta para korban terungkap, "kami tak peduli" barangkali itu jawaban mereka.

Hmmm... entahlah ! Aku yang aneh atau para "pejuang" itu !? Ga penting. Yang penting adalah ada baiknya kita  berdiskusi dengan diri kita sendiri, sudahkah kita mampu mengendalikan nafsu dunia yang sepertinya tak akan pernah terpuaskan selama kita hidup, bahkan mungkin setelah mati nanti... walohu alam...

Komentar

Posting Komentar