Langsung ke konten utama

Keliru Kelirumologi

Saya penyuka dan pemerhati kelirumologi yang pertama dicetuskan oleh Jaya Suprana. Menarik ! Kata yang tepat untuk teori ini (jika layak disebut teori). Dari istilahnya saja sudah dibuat keliru.

Jika diurai, 'kelirumologi' berasal dari kata 'keliru' yang artinya 'salah', dan 'logi (logos)' yang artinya 'ilmu'. Dua kata tersebut jika hendak digabungkan, maka seharusnya berbunyi kelirulogi, bukan 'kelirumologi'. Akan tetapi Jaya Suprana sengaja menggunakan kata yang 'salah' tersebut untuk sekadar menjelaskan, bahwa istilah baru yang diciptakannya memang untuk mengajak kita semua menjadi peka terhadap kesalahkaprahan (wikipedia Bahasa Indonesia).

Memang banyak kekeliruan yang sudah dianggap lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Inilah contohnya :

Air Putih atau Air Bening ?

Hampir semua dari kita setuju bahwa air minum yang rasanya tawar berwarna bening dan layak minum tentunya disebut dengan "air putih". Padahal sangat jelas bahwa air tersebut tidak berwarna putih melainkan bening. Untuk hal ini orang Sunda lebih tepat, mereka menyebut air minum berwarna bening dengan "cai herang" yang artinya air bening. Tidakkah kita setuju, jika kata "air putih" sebenarnya lebih tepat untuk menggambarkan air susu.
Menurut Anda ?

Poligami atau "Jajan" ?

Mungkin ini agak khusus untuk saudara saya yang beragama Islam. Menurut pendapat anda (baik kaum pria maupun wanita), mana yang lebih baik, poligami atau "jajan" ? Berdasar beberapa informasi di berbagai media (termasuk sosial media) mengindikasikan bahwa dengan berbagai pertimbangan lebih banyak saudara-saudara kita yang berpendapat atau memilih "jajan" lebih baik daripada poligami. Saya memang belum pernah melakukan pooling untuk memastikan hal itu, tapi coba saja tanyakan pada diri sendiri. Padahal menurut Islam, poligami dibolehkan sementara "jajan" dilarang.
Menurut Anda ?

Mantan Koruptor Kaya atau Si Miskin yang menjaga kehormatannya ?

Saya pernah melihat seorang mantan koruptor yang baru keluar dari penjara mengadakan selamatan (entah selamatan apa, saya tak tau). Begitu banyak orang yang hadir, sampai-sampai salah satu jalan akses keluar dari  kompleks harus dialihkan. Tapi pernah juga saya menyaksikan orang-orang hanya melihat sambil lalu sebuah gubuk terbakar yang sekaligus menghanguskan jasad penghuninya, seorang kuli yang semasa hidupnya tidak pernah sudi menjadi peminta-minta, meski harta yang dia miliki hanya beberapa baju penuh tambalan dan gubuk berukuran sekitar 2x2 meter yang di bangun diatas tanah orang yang berbaik hati memberinya tumpangan. Kami menjadi saksi hidup, almarhum hanya mau menerima imbalan atas pekerjaan yang sudah dia lakukan. Beberapa tetangga kami mencoba mau memberi sumbangan cuma-cuma, tapi dengan sopan dia menolaknya.Menurut saya kuli serabutan yang menjaga kehormatannya lebih terhormat daripada mantan koruptor yang dihormati oleh banyak orang.
Menurut anda ?

Itulah dunia , penuh dengan kekeliruan !

Komentar